Friday, March 14, 2008

BNI cari mitra kembangkan multifinance

14 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk tengah mencari mitra strategis untuk menjual sebagian saham PT BNI Multifinance guna peningkatan bisnis di sektor pembiayaan. Dirut Bank BNI Tbk Gatot Suwondo mengatakan hal itu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis pembiayaan oleh BNI Multifinance untuk kepemilikan sepeda motor ataupun mobil. Bank tersebut memiliki 99% saham lembaga keuangan itu. "Kami masih mencari mitra strategis, sekarang masih berhitung. Yang diperlukan adalah memiliki keahlian dan tentu saja punya uang," ujar Gatot kepada pers di Jakarta, kemarin. Dia mengatakan saat ini masih dilakukan kalkulasi berapa jumlah saham yang akan dilepas bank tersebut di BNI Multifinance. Gatot juga belum dapat memperkirakan kapan proses itu akan dilaksanakan. Selain BNI Multifinance, Gatot menuturkan bank itu juga berencana untuk mencari mitra strategis bagi anak usaha lainnya, seperti PT BNI Life Insurance dan PT BNI Sekuritas. Pada tahun lalu, Bank BNI memberikan suntikan modal sebesar US$20 juta guna memperkuat struktur permodalan. BNI Multifinance dulu dikenal dengan nama PT Swa Dharma Multifinance pada 1983 yang dimiliki Bank BNI dan American Express Leasing Corporation.

Gatot menuturkan pada tahun ini BNI akan memfokuskan penyaluran kredit di sektor perumahan dibandingkan dengan pembiayaan produk otomotif. "Jadi untuk auto-loan, akan diambil oleh BNI Multifinance," paparnya. Rencana aksi untuk membeli multifinance sudah bermunculan pada tahun lalu. PT Bank Mandiri Tbk kini masih menyeleksi sekitar lima perusahaan pembiayaan untuk memperkuat sektor konsumennya. Sejumlah BPD juga tertarik� dengan untuk membeli multifinance terkait peningkatan kreditnya di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia sebelumnya mengatakan saat ini lebih dari lima bank sudah melakukan penjajakan terhadap beberapa perusahaan pembiayaan. Dia menuturkan biasanya perusahaan pembiayaan yang cenderung diakuisisi adalah perusahaan dengan aset di atas Rp500 miliar dan di bawah Rp1 triliun. Sementara itu, multifinance beraset di atas Rp1 triliun biasanya memiliki pemegang saham cukup solid. Sinergi yang dilakukan perusahaan pembiayaan-sebagai anak usaha perbankan-sudah dilakukan PT Niaga Finance yang dulunya dikenal sebagai PT Saseka Gelora Finance sejak 1 Januari 2008. Perusahaan itu dimiliki oleh PT Bank Niaga Tbk. Saseka Gelora Finance telah melakukan integrasi dengan PT Bank Niaga Tbk, sebagai pemegang saham dominan guna melakukan ekspansi pembiayaan di sektor otomotif, terutama mobil. Melalui kerja sama itu, Bank Niaga tidak hanya melayani sektor individual dalam pemberian kredit mobil melalui customer banking, tetapi juga pelayanan kolektif bagi korporasi, tidak hanya membiayai mobil pribadi, tetapi juga kebutuhan produksi.

Konsolidasi bank BUMN menyeluruh

14 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Untuk meningkatkan nilai saham bank BUMN seharusnya Meneg BUMN tidak melepaskan konsolidasi pada setiap� bank, namun perlu membuat cetak biru secara keseluruhan. Eko B. Supriyanto, Direktur Biro Riset Infobank, mengatakan dari empat bank BUMN, kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk� belum seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk� dan PT Bank Mandiri Tbk. "Terdapat perbedaan masalah [di antara bank� BUMN], obligasi rekapitalisasi BNI sangat mepet tidak seperti Bank Mandiri. Lihat saja alasan Meneg BUMN ketika pergantian direksi BNI, salah satu karena harga sahamnya tidak naik. Nah, sekarang sudah diganti kok sahamnya malah jeblok. Bagaimana nih?" ujarnya pekan ini. Dia menambahkan salah satu cara untuk menaikkan nilai saham BNI dengan meminta untuk mengakuisisi PT Bank Tabungan Negara (BTN). Opsi itu, lanjutnya, bukan milik BRI atau Bank Mandiri karena nilai dua bank itu sudah tinggi. Menurut Eko, sekarang ini yang sangat dimanjakan adalah investor BRI, bukan nasabah bank. Jika BTN diakuisisi oleh BRI, jelasnya, nilai bank dengan fokus UKM itu terus meningkat. Sementara itu, bagi BNI tetap akan berat untuk menaikkan nilai sahamnya. "Nah, kalau BTN diakuisisi BRI maka nilai BRI akan terus meningkat. Sementara BNI masih berat mendongkrak nilai sahamnya. Pemerintah harus memikirkan secara menyeluruh dan tidak hanya berpikir sesaat saja," jelasnya. Meski begitu, jelas Eko, konsolidasi BNI dan BTN akan menimbulkan kontroversi karena para pemangku kepentingan BTN lebih nyaman IPO atau pahitnya lebih cocok ke BRI. "BRI akan seperti mendapatkan durian runtuh karena asetnya langsung melonjak menjadi bank No. 2 terbesar setelah Bank Mandiri, sedangkan BNI hanya akan tumbuh secara organik yang makin membuat bank ini tertinggal dari pesaingnya." Sampai saat ini, pemerintah belum mengeluarkan rencana konsolidasi bank-bank BUMN terkait dengan kebijakan single presence policy Bank Indonesia. Bank sentral memberikan batas kelonggaran sampai dengan 2010 bagi pemegang saham untuk mematuhi aturan itu.

BI: Perbankan masih aman

14 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Bank Indonesia (BI) memastikan industri perbankan dalam negeri dalam kondisi baik, kendati saat ini sejumlah lembaga keuangan dunia terancam bangkrut akibat resesi perekonomian Amerika Serikat. "Semua masih baik saja dari segi keuangan [baik perbankan maupun lembaga keuangan]," kata Deputi Senior BI Miranda Goeltom menjawab kekhawatiran salah satu audiens dalam diskusi buku Essays In Macroeconomics Policy: Indonesian Experience karya Miranda S. Goeltom di Jakarta, Selasa. Dia menjelaskan indikator perbankan Indonesia masih positif, hal itu dikarenakan kasus kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tahun lalu hanya 4,8%, sedangkan penyaluran kredit mencapai 24%. Menurut dia, pengetatan regulasi perbankan yang selama ini dinilai sejumlah kalangan mengekang pertumbuhan industri perlu dilakukan untuk mengantisipasi gejolak ekonomi seperti saat ini. "Kebijakan pasar bebas bukan berarti membiarkan pasar bebas berkompetisi. Paradigma semakin ketat regulasi, semakin membatasi kompetisi adalah salah. Regulasi tetap diperlukan, terutama untuk pengamanan," paparnya.

BCA kembali gelar Gebyar Tahapan

14 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: PT Bank Central Asia (BCA) kembali menggelar program Gebyar Tahapan BCA periode Maret-Juni 2008. Program tersebut kali ini memasuki tahun ke-19. General Manager Consumer Banking Stephen Listyo mengungkapkan para nasabah yang mengikuti tahapan kali ini adalah nasabah yang memiliki saldo rata-rata Rp5 juta per bulan. Setiap orang akan memiliki satu poin dengan saldo minimal tersebut. "Atas kepercayaannya kepada nasabah, para nasabah tidak hanya mendapat fasilitas pelayanan perbankan yang premium, tetapi juga berhak untuk mendapatkan kesempatan hadiah premium," ujar Stephen pekan ini. Hadiah utama yang disediakan kali ini adalah satu unit Lexus LS 460, sedangkan lainnya adalah belasan Lexus IS 300 dan ribuan televisi. (Bisnis/asa)

Perbankan dalam negeri masih jadi andalan

14 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Fasilitas pendanaan yang belum ditarik multifinance nasional hingga November 2007 mencapai Rp65,9 triliun dengan porsi terbesar bersumber dari perbankan dalam negeri senilai Rp51,4 triliun. Data Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK pada bagian rekening administratif menunjukkan fasilitas pinjaman, baik rupiah maupun valas, yang belum ditarik sampai November 2007 mencapai Rp65,9 triliun Dana tersebut terdiri dari sumber dana dalam negeri Rp57,08 triliun dan sumber dana luar negeri Rp8,84 triliun. Sumber dana luar negeri yang belum ditarik berupa pinjaman asing (offshore loan) porsi terbesar dari nonbank yaitu Rp5,19 triliun, sedangkan fasilitas pinjaman perbankan hanya mencapai Rp3,65 triliun. Perusahaan swasta nasional merupakan unit usaha yang memiliki jumlah pinjaman yang belum ditarik terbesar mencapai Rp37,52 triliun dengan komposisi pinjaman dalam negeri Rp35,09 triliun dan pinjaman asing Rp2,43. Perusahaan patungan (joint venture) memiliki total pinjaman yang belum ditarik sebesar Rp28,17 triliun dengan komposisi pinjaman dalam negeri Rp21,7 triliun dan pinjaman luar negeri Rp6,4 triliun.

Komite Teknis Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Efrinal Sinaga mengatakan sisa fasilitas pembiayaan industri multifinance Rp65,9 triliun terbilang relatif kecil jika dibagi dengan kapasitas dan kebutuhan pembiayaan industri yang mencapai 214 perusahaan. Menurut dia, fasilitas pendanaan multifinance didapatkan melalui berbagai sumber, salah satunya yang paling besar adalah melalui mekanisme joint financing dan channeling dari perbankan ataupun sumber lain. Selain itu, ada juga menggunakan obligasi. "Kalau sisa fasilitas pendanaan yang masih tersisa terbesar pada perbankan itu wajar karena kebutuhan pembiayaan paling besar adalah untuk pembiayaan konsumen yang mengandalkan sumber dari perbankan," katanya saat dihubungi Bisnis. Efrinal menjelaskan� multifinance setiap bulan mencatat ratusan booking pembiayaan yang nilainya cukup besar baik untuk sewa guna usaha, pembiayaan konsumen, kartu kredit, dan anjak piutang.

Sehingga, katanya, kebutuhan fasilitas pendanaan bagi perusahaan pembiayaan itu juga sangat tinggi dan harus tersedia sumber pendanaan yang siap digunakan kapan saja secara lebih leluasa. Dia menambahkan fasilitas pendanaan yang direncanakan industri multifinance harus lebih besar dari pembiayaan yang ditargetkan setiap tahunnya agar kegiatan pembiayaan berjalan lancar. Sebelumnya diberitakan perbankan telah menurunkan bunga pinjaman kepada usaha pembiayaan di level 10%-12% menyusul semakin rendahnya suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) di level 8%. Ketua APPI Wiwie Kurnia mengatakan pihak perbankan kini secara bertahap menurunkan bunga pinjaman kepada usaha pembiayaan. Dia mengatakan perbankan masih menjadi sumber dana yang paling dominan dibandingkan dengan mekanisme lainnya seperti penerbitan obligasi. Statistik Bank Indonesia menyebutkan pinjaman usaha pembiayaan pada perbankan selama 2007 mencapai Rp36,69 triliun atau meningkat 24,66% dari Rp29,43 triliun pada 2006.

Wewenang industri


Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Bapepam-LK Freddy R Saragih mengatakan fasilitas pinjaman itu sepenuhnya merupakan kewenangan industri multifinance untuk mendukung kegiatan usahanya.Setiap perusahaan memiliki rencana pembiayaan dan fasilitas pinjaman sebagai sumber dananya baik dari perbankan ataupun sumber dana lain. Untuk penggunaan fasilitas pinjaman itu disesuaikan dengan permintaan pembiayaan itu sendiri. "Saat ini, untuk sumber pendanaan bagi perusahaan pembiayaan, porsi terbesar masih mengandalkan dari perbankan dalam negeri, terutama untuk pembiayaan konsumen dan leasing yang transaksinya paling besar," kata Freddy.


Tiga Bank Biayai Jalan Lingkar Bogor

Jumat, 14 Maret 2008 | 15:38 WIB
Kompas.com

JAKARTA, JUMAT - Bank Mandiri, BNI dan BRI mendukung pembiayaan bersama pembangunan jalan tol Lingkar Bogor (Bogor Ring Road) sepanjang 11 kilometer yang dibangun PT.Jasa Marga Tbk dengan nilai investasi termasuk tanah Rp1,6 triliun. Direktur Bank Mandiri, Riswinandi di Bogor dalam keterangan pers Jumat (14/3), seperti dikutip dari Antara, menyatakan, dari investasi senilai Rp1,6 triliun itu sekitar 70 persen atau senilai Rp1,13 triliun pembangunan jlan tol Bogor Ring Road dibiayai oleh ketiga bank BUMN itu.Bank Mandiri sendiri mengeluarkan dana sebesar Rp450,68 miliar, BNI sebanyak Rp394,35 miiar dan Bank BRI senilai Rp281,68 miliar, sedangkan dari Jasa Marga sebanyak Rp480 miliar, katanya.Riswinandi mengatakan, Bank Mandiri dalam hal ini telah membiayai 12 proyek jalan tol dengan total nilai proyek mencapai Rp21,75 triliun dan porsi pembiayaan Bank Mandiri mencapai Rp10,30 triliun untuk proyek jalan Tol Trans Jaya maupun Tol Non-Trans Java. Hal ini telah menjadi komitmen perseroan untuk senantiasa mendukung proyek infrastruktur termasuk pembangunan jalan tol di Indonesia, katanya.

Menurut dia, Bank Mandiri sebagai lead manager dalam proyek ini telah mengambil porsi sebesar 40 persen dan akan terus mendukung proyek-proyek pengembangan infrastruktur sesuai program pemerintah dengan tetap memperhatikan aspek bisnis yang menguntungkan. Ia mengatakan, Jalan Tol Bogor Ring Road rencananya akan dibangun antara Sentul Selatan sampai dengan Dermaga sepanjang 11 km yang terdiri atas tiga seksi, namun Jasa Marga mengusulkan untuk membangun jalan tersebut yang terdiri dari dua seksi.Karena volume lalu lintas antara Yasmin-Dermaga sangat padat, sedangkan kondisi lapangan sepanjang koridor jalan sudah sangat padat mengharus dibangunnya kontruksi elevated yang membutuhkan biaya konstruksi tinggi, ucapnya.

Kementerian BUMN siapkan direktur baru BNI

14 Maret 2008
Bisnis.com

JAKARTA (Bisnis): Kementerian BUMN masih meminta masukan dari jajaran manajemen PT Bank Negara Indonesia terkait adanya seorang direktur bank itu yang tidak lolos dalam uji kepatutan dan kelayakan (fit & proper test). Meneg BUMN Sofyan Abdul Djalil mengatakan terbuka kemungkinan penempatan direksi baru untuk BNI. "Kami masih meminta masukan direksi BNI. Kalau perlu ada direksi baru maka segera kami fit & proper test," ujarnya hari ini. Satu direktur BNI yang baru direstui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 6 Februari 2008 tidak lolos dalam uji kepatutan dan kelayakan yang diadakan oleh Bank Indonesia. Doddy Virgianto, mantan bankir Bank Danamon dan Citibank, dinyatakan tidak lolos tes oleh BI untuk menjabat direktur BNI. Namun, BI tidak menjelaskan secara detail alasannya. Padahal Doddy telah lulus serangkaian tes termasuk oleh Tim Penilai Akhir (TPA) yang diketuai Presiden dan beranggotakan a.l. Wapres, Menkeu, dan Meneg BUMN. Surat dari BI menjelaskan hasil tes Doddy pada 6 Maret. Surat itu baru diterima oleh Kementerian BUMN pada Selasa dan kemarin ditembuskan ke BNI. (tw)

Bank Mandiri turunkan kerugian transaksi ilegal kartu kredit

14/03/2008
Bisnis.com

JAKARTA: PT Bank Mandiri Tbk menargetkan kerugian transaksi ilegal kartu kredit turun 2-3 basis poin (bps) atau menjadi dibawah Rp1 miliar pada 2008 dari sebelumnya 6 bps (0,06%) atau Rp 1,3 miliar pada 2007.Direktur Konsumer Bank Mandiri Omar S. Anwar mengatakan perusahaan akan mengganti seluruh kartu magnetik ke chip mulai Mei 2008 agar keamanan transaksi terjaga. "Kalau bisa kami ingin kerugian fraud menjadi nol," katanya menjawab pertanyaan Bisnis di Jakarta, belum lama ini. Dia menjelaskan bahwa pihaknya saat ini masih mencocokkan data nasabah Mandiri yang berhasil dicuri oleh sindikat pemalsu kartu kredit. Namun, dia memastikan potensi kerugian akibat kasus itu tidak akan besar karena data nasabah mandiri yang dicuri tidak banyak. "Kartu [kredit] Mandiri yang dipalsukan dari kasus awal tahun lalu hanya puluhan dari 9600 kartu palsu," ujarnya. Menurut dia, kerugian yang kemungkinan timbul karena kasus itu berkisar diangka Rp 1-1,3 mliar. "Itu berdasarkan pengalaman dan juga rencana kami mengganti seluruh kartu pada Mei mendatang," katanya. Dia mengemukakan, NPL kartu kredit Mandiri pada 2007 sebesar 3,22% dan ditargetkan akan tetap dibawah 5% pada 2008. (dj)

Thursday, March 13, 2008

Bank Cemaskan Prospek Industri

13 Maret 2008
Indo Pos

SURABAYA - Prospek industri sektor riil masih dikhawatirkan oleh para banker. Karena itu, bank memilih mengoreksi target pertumbuhan kredit. Apalagi, pertumbuhan industri sektor riil tahun ini diperkirakan menurun.Senior Economist BNI Ryan Kiryanto menyatakan, saat ini perbankan masih wait and see terhadap perkembangan perkonomian. Terutama setelah harga minyak dunia melampaui USD 100 per barel. Sebab ini akan berpengaruh terhadap kinerja sektor riil yang ujungnya berimbas pada kemampuan dunia usaha dalam membayar kredit."Bank follows industry. Jika industri turun, ruang ekspansi perbankan akan terbatas," sebutnya kemarin (12/3). Di tengah gejolak perekonomian, menurut dia, pertumbuhan pengucuran kredit tahun ini diprediksi mencapai 18-28 persen dari tahun lalu. Target tersebut lebih rendah dibandingkan target awal 22-26 persen. Menurut Ryan, penurunan target pengucuran kredit itu disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu belum kondusifnya dunia usaha akibat belum pesatnya sektor riil akibat realisasi persetujuan investasi BKPM belum optimal. Itu terlihat dari realisasi proyek dari 2002-2007 yaitu PMDN rata-rata 25 persen dan PMA sebesar 40 persen. "Tingkat risiko dunia usaha dan struktur pendanaan masih tinggi," jelas Ryan. Kendala kredit lainnya karena suku bunga relatif tinggi sehingga penyerapan kredit dunia usaha rendah. Hingga akhir Juni 2007, undisbursed loan perbankan mencapai Rp 127 triliun. Merosotnya pengajuan kredit juga akibat perusahan mencari pembiayaan alternatif luar negeri, sumber keuangan sendiri (self financing), atau menerbitkan obligasi.

Faktor lainnya akibat kurang tersedianya infrastruktur perbankan. Terutama ketersediaan informasi yang lengkap dan up to date terhadap sektor ekonomi dan industri yang prospektif dibiayai. "Contohnya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang dikatakan sunset padahal tidak semuanya lesu. Faktanya, sektor itu memberi kontribusi terbesar terhadap ekspor," terangnya. Dia menyebut, perbankan perlu mengevaluasi prospek industri case by case agar memahami kondisi yang sebenarnya. Untuk itu, perlu campur tangan pemerintah untuk mendorong agar suatu industri semakin tumbuh karena pembiyaan perbankan akan diarahkan kepada sektor-sektor yang dinilai prospektif. Dalam menghadapi penurunan industri, lanjut dia, perbankan perlu menggenjot fee based income. Meskipun demikian, pengucuran kredit harus tetap tumbuh. Selain itu, bank juga harus berinovasi, salah satunya dengan meningkatkan pembiyaan kredit ekspor karena kinerja ekspor yang naik signifikan. Perbankan juga harus melakukan efisiensi biaya operasionalnya. "Jika tidak, kinerja perbankan akan pas-pasan saja," katanya. (ina/fan)

Lepas BTPN, Raup Rp 767 Miliar

13 Maret 2008
Indo Pos

JAKARTA - Pemerintah meraup dana Rp 767,3 miliar dari hasil initial public offering (IPO) PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN). Dana hasil penjualan 28,39 persen saham itu langsung kepada pemerintah melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Selain IPO, BTPN juga segera melakukan aksi korporasi. Yaitu akuisisi 71,61 persen saham oleh Texas Pacific Group (TPG) Nusantara. Proses akuisisi tersebut diprediksi rampung pekan ini."Nilai akuisi ini mencapai USD 195 juta," ujar Direktur Utama BTPN Paulus Wiranata di Jakarta kemarin (12/3). Kata Paulus, proses akuisisi tersebut berjalan di antara para pemilik saham sendiri. Manajemen, tidak terlibat intensif. "Hanya saja nanti kalau semua deal dan saat pencatatan, pasti manajemen ikut," ujarnya. Rencananya, 71,61 persen saham yang didivestasi adalah milik PT Recapital Advisors (22,61 persen), pengusaha Fuad Hasan (20 persen), Bakrie Capital (10 persen), dan Danatama Makmur (19 persen). Tahun ini, kata Paulus, BTPN bakal lebih ekspansif. "Kita menargetkan penyaluran kredit akan mencapai Rp 3 triliun," ujar Paulus. Tanpa tambahan modal pun, BTPN sudah bisa lebih ekspansif. Sebab, capital adequacy ratio (CAR) mereka masih 24 persen. Padahal, syarat minimun dari BI hanya 8 persen. Dengan melantai di bursa, ekspansi tersebut bakal lebih mudah. Komisaris Utama BTPN Dorodjatun Kuntjorojakti menambahkan, aksi korporasi perseroan tahun ini masih fokus pada nasabah pensiunan, baik TNI, Polri, maupun PNS. Layanan itu bakal dikembangkan tidak hanya dalam bentuk penyaluran uang pensiunan. "Kami juga akan serius di pengembangan bisnis syariah," tutur mantan Menko Perekonomian itu. Saat ini, satu unit usaha syariah BTPN sudah dibuka di Bandung. Tahun ini direncanakan akan buka di Jakarta.

Dalam laporan keuangan per September 2007, BTPN membukukan laba bersih Rp 244,67 miliar dengan total aset Rp 9,34 triliun. Performa kredit bermasalah (non performing loan, NPL) BTPN sekitar dua persen, dengan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio, LDR) sebesar 89 persen. Sayangnya, meskipun indeks saham di BEI (Bursa Efek Indonesia) naik kemarin (12/3), saham BTPN ditutup melemah. Dari posisi di pasar primer Rp 2.850, pada akhir perdagangan di pasar sekunder saham BTPN ditutup Rp 2.775.(eri/fan)

Laba Bersih BCA Naik Tipis


Kamis, 13/03/2008
Seputar Indonesia

JAKARTA (SINDO) – Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada 2007 meningkat 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya,menjadi Rp4,5 triliun. Kenaikan didorong stabilnya pendapatan bunga bersih dan peningkatan pendapatan nonbunga (fee based income). ”Fee based income berkontribusi 21–22% terhadap laba bersih perseroan. Pendapatan ini berasal dari jasa pembayaran ataupun kartu kredit yang selalu meningkat dari bulan ke bulan,” ujar Presiden Direktur BCA DE Setijoso saat paparan publik di Jakarta kemarin. Menurut Setijoso,pertumbuhan aktivitas transaksi perbankan menunjukkan hasil yang menggembirakan selama 2007. Untuk terus meningkatkan kenyamanan dan kepuasan nasabah, perseroan akan melakukan investasi untuk mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur jaringan. Sepanjang 2007, BCA memperluas jaringan perbankan elektronik melalui penambahan 612 ATM dan 11.838 electronic data chapter (EDC).Hasilnya,nilai transaksi ATMmeningkat18,6% menjadi Rp662,5triliun, sedangkan nilai transaksi melalui internet banking meningkat 88,7% menjadi Rp611,1 triliun. Pada kesempatan tersebut, Wakil Presiden Direktur BCA Jahja Setiaadmadja mengatakan, total portofolio kredit meningkat 34,1% menjadi Rp82,4 triliun selama 2007.Komposisi kredit terdiri atas kredit komersial dan UKM 43,1%, korporasi 39,7%,konsumer 17,2%

Namun, pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit konsumer sebesar 67,6% menjadi Rp14,2 triliun akibat peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).KPR meningkat 79,1% menjadi Rp7,8 triliun dan KKB meningkat 76,3% menjadi Rp4,3 triliun. Sementara portofolio kartu kredit naik sebesar 24,1% menjadi Rp2 triliun. ”Tingginya peningkatan kredit konsumen ini telah membuktikan bahwa bisnis individual banking telah tumbuh menjadi salah satu usaha inti perseroan,”tandasnya. Sementara itu, kredit korporasi tumbuh 36,9% menjadi Rp32,8 triliun. Adapun kredit komersial dan UKM tumbuh 22% menjadi Rp35,6 triliun. Adapun dana pihak ketiga tumbuh 23,9% menjadi Rp189,2 triliun. Sementara itu, rasio penyaluran kredit (loan to deposit ratio/ LDR) mencapai 43,6% dan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) turun menjadi 0,8%. Direktur Biro Riset Info Bank Eko B Supriyanto mengatakan, peningkatan laba perbankan swasta dipicu kenaikan fee based income dan peningkatan kredit modal kerja.

Laba Bersih Mandiri Naik 79,4%

Kamis, 13/03/2008
Seputar Indonesia

JAKARTA (SINDO) – PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) selama 2007 mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,35 triliun melonjak 79,4% dibandingkan pencapaian tahun 2006 sebesar Rp2,42 triliun. Kenaikan tersebut dipicu pertumbuhan kredit dan perbaikan aktiva produktif perseroan. ”Kenaikan laba ini dipicu pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar Rp2,4 triliun menjadi Rp15,2 triliun serta didorong penurunan bunga menjadi 11,1% dari sebelumnya 15,9%,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo dalam paparan publik Laporan Keuangan BMRI di Jakarta kemarin. Agus mengatakan, selama 2007 fee based income perseroan pun tumbuh 29,9% menjadi Rp3,37 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,73 triliun. Adapun total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp152,4 triliun, naik Rp43,3 triliun dibandingkan 2006 sebesar Rp109,1 triliun. Komposisi dana murah dalam DPK tersebut naik dari 43% menjadi 61,1%. Menurut Agus, meningkatnya dana murah tersebut menunjukkan sistem perseroan Mandiri telah bekerja dengan baik. Penyaluran kredit perseroan selama 2007 pun meningkat 17,7% dari Rp117,7 triliun menjadi Rp138,5 triliun.

Sementara kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) nett turun menjadi 1,5% dari tahun sebelumnya 5,9%. Dari sisi aset,hingga akhir 2007 total aset bank BUMN terbesar di Indonesia itu mencapai Rp319 triliun, naik 19,3% dari 2006 sebesar Rp267,5 triliun. Bank Mandiri berhasil menaikkan efisiensi dengan menurunkan cost eficiency ratio dari 48,9% menjadi 47%,sementara cost of fund juga turun menjadi 46%. Agus menambahkan, rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR) mengalami penurunan menjadi 54% dari 2006 sebesar 57%. Begitu halnya dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) turun menjadi 16,9% dibandingkan 2006 sebesar 16,9%. ”Penurunan CAR seiring meningkatnya penyaluran kredit, tapi juga LDR turun karena pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan kredit,”paparnya. Pada kesempatan yang sama,Chief Financial Officer Bank Mandiri Pahala N Mansury menambahkan, selama 2007 terjadi penurunan suku bunga sehingga Bank Mandiri bisa mempertahankan loan yield yang baik. Hal ini terlihat dari nett interest margin (NIM) yang melebar dari 4,7% ke 5,2%.

”Pendapatan bunga turun terutama karena penurunan dari obligasi pemerintah. Tapi,laba dari kredit kita naik dari Rp11,3 triliun menjadi Rp12,6 triliun,”kata Pahala. Mengenai target 2008, Agus mengungkapkan bahwa perseroan mematok pertumbuhan sekitar 22%. ”Kita lihat ada kenaikan harga minyak yang menyebabkan pemerintah menyesuaikan APBN. Namun, kita tetap optimistis mencapai pertumbuhan 22%,”katanya. Pertumbuhan 2008 menurut Agus akan didukung pinjaman dari segmen komersial, usaha kecil mikro dan menengah (UMKM),dan konsumer. Selain itu, pertumbuhan akan dipicu pertumbuhan anorganik dengan rencana akuisisi perusahaan multifinance. Dia mengatakan, dengan kondisi ekonomi yang tak begitu cerah, perseroan akan tetap mempertahankan NIM di atas 5%.

Booming kredit dongkrak laba Mandiri dan BCA

13 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Dua bank terbesar di Indonesia yakni PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Central Asia Tbk membukukan laba masing-masing Rp4,4 triliun dan Rp4,48 triliun di tengah booming kredit pada 2007.Dengan laba sebesar itu, Bank Mandiri mencatatkan kenaikan 79,51% dari periode yang sama 2006 sebesar Rp2,42 triliun. Sementara itu, BCA hanya 5,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,2 triliun.Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan laba yang hanya 5,8% itu disebabkan oleh� tingginya biaya bank tersebut untuk melakukan ekspansi penambahan cabang, ATM dan electronic data capture (EDC)."Kami ekspansi hingga 18 cabang, ATM hingga 600 lebih dan EDC ribuan unit, Ongkos ekspansi itu naik pada tahun lalu," ujar Jahja kepada pers, kemarin.Selama 2007, bank itu menambah unit ATM sebanyak 612 unit sehingga kini berjumlah total 5.654 unit. Sedangkan untuk EDC penambahan sebesar 11.838 unit sehingga total 65.645 unit.Jahja menuturkan pertumbuhan kredit pada 2007 mencapai Rp82,56 triliun atau meningkat sekitar 34% dari 2006 yaitu Rp61,59 triliun. Komposisi penyaluran kredit terbesar tahun lalu untuk sektor usaha kecil menengah dan komersial yaitu Rp35,60 triliun, meningkat 22% dari sebelumnya Rp29,19 triliun.Menurut Jahja, khusus tahun ini pertumbuhan kredit akan lebih konservatif yaitu sekitar Rp14 triliun hingga Rp16 triliun saja. Hal tersebut, sambungnya, untuk mengantisipasi pengaruh perlambatan ekonomi dunia khususnya di AS."Untuk korporasi kami masih akan melihat sejumlah sektor seperti telekomunikasi, dan jalan tol. Namun hingga kini belum ada komitmen dengan mitra terkait hal itu," kata Jahja.
Dana murah
Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo mengatakan selain didongkrak pertumbuhan kredit, naiknya laba juga disumbang oleh melonjaknya dana murah yang memangkas cost of fund.Kredit yang disalurkan tumbuh Rp17,7 triliun menjadi Rp138,5 triliun, sehingga pendapatan Bank Mandiri� naik 24% dari Rp13 triliun jadi Rp16,6 triliun. "Kinerja perseroan selama 2007 menunjukkan pertumbuhan sangat signifikan di segala sektor dibandingkan dengan 2006," kata Agus, kemarin. Dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh 20,2% menjadi Rp254,7 triliun. Indikator efisiensi itu diperlihatkan dari komposisi DPK, karena dana murah mencapai Rp152,4 triliun atau naik 39,7%, sehingga komposisinya naik menjadi 61% dari semula 53%. Total aset bank BUMN terbesar di Tanah Air itu kini mencapai Rp319 triliun atau mengalami kenaikan 19,3% dari 2006 yang tercatat Rp267,5 triliun. Sementara itu, angka kredit bermasalah (NPL) gross juga turun dari 16,3% menjadi 7,2% dan NPL net dari 5,9% menjadi 1,5%. Adapun return on equity (ROE) naik sigifikan dari 10% menjadi 15,8%. Agus mengatakan rasio kredit terhadap DPK (LDR) mengalami penurunan dari 57% ke 54%. Demikian pula rasio kecukupan modal (CAR) turun dari 20,8% ke 16,9%. "'Penurunan CAR seiring meningkatnya penyaluran kredit, tapi juga LDR turun karena pertumbuhan DPK yang lebih tinggi daripada kredit," ujarnya.


BTN akan tawarkan obligasi Rp1 triliun

Kamis, 13/03/2008
Bisnis.com

JAKARTA: BTN berencana masuk ke pasar pada akhir Mei atau Juni untuk menawarkan obligasi senilai Rp1 triliun.
“Kami akan menggunakan laporan keuangan per Desember untuk penerbitan obligasi. Kick off meeting penerbitan obligasi sudah dimulai dan kalau situasi pasar bagus, BTN akan masuk menawarkan surat utang pada Mei atau Juni," ujar Direktur BTN Saut Pardede kepada Bisnis, sore ini.
Dia mengatakan perseroan telah menunjuk PT Trimegah Securities Tbk, PT Mandiri Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas untuk menjadi penjamin pelaksana emisi obligasi perseroan. Tiga perusahaan sekuritas lain yang ikut dalam tender namun tidak ditunjuk adalah PT Bahana Securities, PT Mega Capital dan, PT DBS Securities Indonesia. Menurut rencana, BTN akan mengalokasikan dana hasil emisi obligasi sebesar Rp1 triliun pada 2008 untuk membayar kembali surat utangnya yang jatuh tempo senilai Rp800 miliar. (dj)

Mandala-BNI Jajaki Kerjasama Agen Travel UKM

Kamis, 13/03/2008 16:10 WIB
detikfinance

Jakarta - PT Mandala Airlines dan PT BNI Tbk jajaki kerjasama mutualisme berupa pembiayaan di sektor UKM khusus untuk agen travel."Bentuk kerjasama ini adalah BNI memberikan pembiayaan di sektor UKM yang siap menjadi travel agent Mandala," ujar Corporate Communications Mandala, Trisia Megawati.Penandatangan kerjasama tersebut telah dilangsungkan hari ini (13/3/2008), di gedung BNI, Jl Jend Sudirman Jakarta."Bentuk persisnya kerjasama ini masih dalam pembicaraan kita dengan BNI," ujar Trisia.Kerjasama tersebut terkait dengan rencana Mandala menambah jumlah agen travelnya, dari saat ini sebanyak 3 ribu unit, menjadi 4 ribu hingga bulan Juli mendatang."Memang mungkin tidak semua penambahan 1000 agen travel itu dari kerjasama dengan BNI. Namun, kerjasama tersebut salah satu strategi kita dalam rencana penambahan agen," ulas Trisia.Selain kerjasama di atas, Mandala dan BNI juga melakukan kerjasama di bidang internet banking."Dalam kerjasama ini, nasabah BNI bisa membeli tiket Mandala melalui sistem internet banking yang kita punya," ujar Corporate Secretary BNI, Intan Abdams Katoppo.

BNI Segera Luncurkan Micro Payment

Kamis, 13/03/2008 17:00 WIB
detikfinance

Jakarta - PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI) berencana meluncurkan produk terbarunya bernama Micro Payment paling lambat di kuartal II 2008."Produk Micro Payment rencananya akan diluncurkan paling lambat kuartal II 2008," ungkap Corporate Secretary BNI, Intan Abdams Katoppo, Kamis (13/3/2008).Micro Payment, jelas Intan, adalah sejenis kartu debit yang bisa diisi ulang. "Jadi kartu itu bisa digunakan untuk belanja, tapi bisa diisi ulang melalui ATM," ujar Intan.Untuk tahap awal target pasarnya adalah nasabah BNI. Namun Intan mengatakan tidak tertutup kemungkinan nantinya bisa digunakan tidak hanya oleh nasabah BNI.BNI juga sedang menjajaki sistem pembayaran listrik melalui SMS Banking. "Ini masih dalam tahap penjajakan, tapi kita sedang mengarah kesana," ujar Intan.Rencana kerja BNI lainnya adalah relokasi kantor cabang. Saat ini kantor cabang BNI sebanyak 972 unit."Rencananya secara bertahap kita akan melakukan relokasi kantor-kantor cabang yang kita anggap perlu. Jumlahnya up to 10% dari total cabang, tapi kan secara bertahap," ulas Intan. (dro/qom)

Wednesday, March 12, 2008

Gebyar Tahapan BCA digelar kembali

12 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA (Bisnis): PT Bank Central Asia (BCA) kembali menggelar program Gebyar Tahapan BCA periode Maret - Juni 2008, yang telah memasuki tahun ke-19.

General Manager Consumer Banking Stephen Listyo mengungkapkan para nasabah yang mengikuti tahapan kali ini adalah nasabah yang memiliki saldo rata-rata Rp5 juta per bulan. Setiap orang akan memiliki satu poin dengan saldo minimal tersebut.

“Atas kepercayaannya pada nasabah, para nasabah tidak hanya mendapat fasilitas pelayanan perbankan yang premium namun juga berhak untuk mendapatkan kesempatan hadiah premium,” ujar Stephen dalam peluncuran Gebyar Tahapan BCA, siang ini.

Hadiah utama yang disediakan kali ini adalah satu unit Lexus LS 460. Hadiah lainnya adalah belasan Lexus IS 300 dan ribuan televisi LCD Polytron. Pengundian hadiah akan dilakukan pada setiap Sabtu dalam acara Gebyar BCA di Indosiar.(er)

Bank Lippo raup 90% dana segar dari penjualan ORI004

12 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Bank Lippo meraup dana segar (fresh fund) sekitar Rp659 miliar atau 90% dari total dana penjualan ORI004 yang masuk, yakni Rp732 miliar, sedangkan jumlah nasabah baru dari penjualan surat berharga itu mencapai 30%.

Vice President Consumer Liability Group Head Bank Lippo Robby Mondong mengatakan besarnya ORI004 yang terjual mencapai Rp732 miliar, lebih besar dari kuota Rp600 miliar. Hampir 90% dari dana yang masuk merupakan dana segar, bukan dana pihak ketiga yang sudah ada.

"Mulai penjualan ORI003, kami lebih banyak pusatkan di kawasan timur Indonesia. Yang mengejutkan lagi, penjualan terbesar ORI004 ternyata di luar kota provinsi, seperti Solo, Malang, dan Cirebon. Sementara di kawasan timur yang paling laku di Ujung Pandang dan Ambon," ujarnya di Jakarta, pekan ini.

Dia menambahkan penjualan ORI dilakukan dengan mengundang nasabah VIP Banking dalam suatu event yang juga dihadiri pejabat Depkeu. VIP Banking merupakan nasabah Bank Lippo dengan minimal simpanan Rp500 juta.

"Jumlah keseluruhan nasabah prioritas ini mencapai 7.500. Setiap event di daerah kita undang sekitar 75% nasabah VIP Banking dan sebagian lagi nasabah dengan simpanan mendekati level prioritas."

Karakteristik pembeli ORI masih nasabah yang konservatif. Namun, dengan suku bunga yang makin kecil, masyarakat mencari bentuk alternatif investasi. "ORI ini salah satu pilihan yang konservatif dengan kupon yang ditawarkan 9,5% lebih tinggi dari deposito yang rata-rata pada 7%-7,5% dan relatif aman karena diterbitkan oleh pemerintah," kata Merci Santi Adriani, Vice President Consumer Liability Division Head Bank Lippo, pada kesempatan sama.

Selama pertemuan dengan nasabah, lanjutnya, yang banyak ditanyakan berkaitan dengan cara penjualan kembali surat berharga itu. "Kami akan menyerap jika ada nasabah yang menjual kembali ORI-nya. Pencairan ORI yang sudah terjual [ORI002 dan ORI003] mencapai 30%-40%," jelas Merci.

Robby menambahkan pada penjualan ORI kali ini Bank Lippo mendapatkan nasabah baru di luar VIP Banking. "Nasabah baru yang masuk melalui ORI ini mencapai 30%-40%. Otomatis kalau membeli ORI mereka harus buka tabungan lebih dulu, selanjutnya kepada nasabah ini bisa ditawarkan deposito atau giro, kartu kredit, dan produk lain, termasuk pinjaman."

Selain menjaring nasabah baru, tuturnya, melalui penjualan ORI ini perseroan mempunyai kesempatan untuk menawarkan produk lain, seperti deposito, giro, reksa dana, bancassurance, kartu kredit, personal loan, dan mortgage.

"Dengan kata lain, penjualan ORI di Bank Lippo dijadikan sinergi bagi penawaran produk lain terutama dari sisi consumer liability. Makanya kalau bisa setiap bulan ada penjualan ORI biar kami bisa menawarkan produk lain yang ada. Kalau bisa empat kali dalam setahun akan sangat membantu sektor perbankan

Kartu kredit Niaga dominasi Giant

12 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Mayoritas pemenang undian kejutan tahun baru Giant Hypermarket merupakan para pelanggan yang melakukan transaksi dengan menggunakan kartu kredit Bank Niaga.

Menurut Lynna A. Muliawan, Executive Vice President, Head of Card & Preferred Circle Bank Niaga Dari 1.031 hadiah yang tersedia, 529 pemenang merupakan cardholder bank yang dikelolanya. Salah satunya bahkan memenangkan hadiah utama 1 unit Nissan Grand Livina, 14 pemenang hadiah kedua berupa Motor Yamaha Vega, dan 514 hadiah hiburan voucher belanja.

Menurut dia, dominasi tersebut tak lepas dari kupon yang diperoleh jika transaksi menggunakan kartu kredit Bank Niaga memperoleh tiga kupon undian. Jika belanja dengan uang tunai hanya mendapatkan satu kupon.

"Dengan demikian, cardholder mendapat kesempatan untuk memenangkan hadiah tiga kali lebih besar dengan Niaga Credit Card," kata Lynna dalam siaran persnya, kemarin. (Bisnis/htr)

Laba Bersih Bank Mandiri 2007 Tumbuh 79,51 Persen

12 Maret 2008
Republika

Jakarta-RoL -- PT Bank Mandiri Tbk pada tahun buku 2007 mencatat laba bersih Rp 4,35 triliun, tumbuh 79,51 persen dari Rp 2,42 triliun pada 2006.

"Peningkatan laba Mandiri dipicu oleh pertumbuhan kredit dan perbaikan kualitas aktiva produktif, khususnya kredit, yang pada akhirnya mendorong peningkatan pendapatan bunga," kata Dirut Mandiri Agus Martowardojo, pada Paparan Kinerja Triwulan IV 2007, di Jakarta, Rabu (12/3).

Selain itu, peningkatan laba juga didorong oleh cost of funds yang menurun secara signifikan dari 6,4 persen pada tahun sebelumnya menjadi 4,6 persen karena perbaikan funding mix serta adanya peningkatan fee-based income yang signifikan dari sebesar Rp 2,73 triliun menjadi Rp 3,37 triliun.

Total kredit Mandiri pada 2007 tercatat Rp 138,5 triliun, naik 17,7 persen dari sebelumnya Rp 117,7 triliun.

Saat bersamaan, perseroan juga berhasil meningkatkan dana murah sebesar 39,7 persen dari Rp 109,1 triliun menjadi Rp 152,4 triliun.

Pertumbuhan total dana murah (giro dan tabungan) tersebut terutama berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar Rp 25,06 triliun (41,5 persen) dari Rp 60,30 triliun di akhir tahun 2006 menjadi Rp 85,36 triliun di tahun 2007.

Giro juga mengalami peningkatan tajam sebesar Rp 18,20 dari Rp 48,81 triliun menjadi Rp 67,01 triliun, atau tumbuh sebesar 37,3 persen.

"Pertumbuhan dana murah tersebut selain menunjukkan semakin tingginya keyakinan nasabah atas kemampuan Bank Mandiri sebagai transactional bank yang handal, juga menunjukkan citra korporasi di masyarakat," kata Agus.

Agus menambahkan, pertumbuhan kinerja keuangan Mandiri sangat dipengaruhi peluncuran organisasi berbasis Strategic Business Unit (SBU), di mana telah dibentuk lima Unit Bisnis yang independen dan satu Unit pengelola Non-Performing Loan.

Pertumbuhan kredit kelima Unit Bisnis di tahun 2007 mencapai Rp 24,52 triliun (sebelum memperhitungkan penurunan kredit di Unit pengelola NPL) dengan pertumbuhan kredit nominal di masing-masing unit bisnis yaitu Corporate Banking sebesar Rp 8,72 triliun.

Selanjutnya, Commercial Banking sebesar Rp 7,10 triliun, Micro & Retail Banking sebesar Rp 3,64 triliun, Treasury & International Banking sebesar Rp 1,91 triliun dan Consumer Finance sebesar Rp 3,15 triliun.

"Seiring dengan pertumbuhan kredit tersebut, Bank Mandiri juga berhasil menambah debitur baru sebanyak lebih dari 40.000 khususnya pada segmen Micro dan Small Business atau UMKM," katanya.

Rasio keuangan lainnya yang juga menunjukkan peningkatan yaitu, Return on Asset (ROA) tumbuh 109,1persen dari 1,1 persen menjadi 2,3 persen tahun 2007.

Total aset tahun 2007 tercatat Rp 319,086 triliun naik 19,3 persen dari sebelumnya Rp 267,52 triliun.

Sedangkan ROE tumbuh 58 persen dari 10 persen tahun 2006 menjadi 15,8 persen tahun 2007.

Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross juga tercatat turun drastis dari 16,3 persen menjadi 7,2 persen, sedangkan NPL Nett berhasil ditekan menjadi 1,5 persen dari sebelumnya 5,9 persen. antara

Bank Diminta Aktif Tawarkan Pembiayaan kepada Petani

12 Maret 2008
Republika

Jakarta-RoL -- Pola akses pembiayaan sektor pertanian saat ini yang mengharuskan petani mengajukan permohonan kredit ke bank dinilai tidak akan mampu menjangkau kalangan petani mendapatkan permodalan.

"Semestinya perbankan yang aktif mendatangi petani untuk menawarkan kredit modal usaha sehingga petani bisa dengan mudah mengaksesnya," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Departemen Pertanian, Djoko Said Damardjati di Jakarta, Rabu (12/3).

Dengan pola pembiayaan yang berlaku saat ini, tambah Djoko Said, tidak heran di kalangan petani akhirnya menggantungkan pinjaman kredit usaha pada rentenir meskipun menerapkan bunga tinggi.

Rentenir lebih aktif dan gencar menawarkanJustify Full modal usaha ke petani meskipun dengan bunga tinggi tapi tetap diminati karena mudah diakses dan tidak memerlukan persyaratan yang berbelit-belit.

"Pola seperti ini seharusnya yang dicontoh perbankan. Di Malaysia petani justru yang didatangi perbankan untuk menawarkan kredit," katanya.

Menurut Djoko, jika pola pembiayaan masih seperti saat ini maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani sulit dilakukan karena pendapatan yang mereka peroleh setiap kali panen habis untuk membayar pinjaman modal pada rentenir.

Hal senada dinyatakan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Departemen Pertanian, Kaman Nainggolan bahwa kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menurunkan tingkat kemiskinan harus mengupayakan akses permodalan masuk ke pedesaan.

Ketika musim tanam, tambahnya, petani banyak memerlukan modal usaha baik untuk pengadaan benih, pupuk maupun obat-obatan dan hal itu sulit mereka dapatkan dari perbankan sebaliknya justru dengan mudah melalui rentenir.

"Oleh karena itu akses permodalan agar masuk ke pedesaan," kata Sekjen Dewan Ketahanan Pangan itu. antara

Fraud Meningkat, Kartu Kredit Diperketat

12 Maret 2008


SURABAYA - Pertumbuhan kartu kredit tahun ini diprediksikan tak secerah tahun lalu yang mencapai 20 persen. Ini karena bank issuer kian selektif mencari calon nasabah baru lantaran maraknya kejahatan kartu kredit (fraud). Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Jatim Dwi Yulianto mengatakan, tahun lalu angka fraud kartu kredit secara nasional sangat tinggi.

"Angkanya meningkat jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Total ada 42 kasus yang dimejahijaukan," ungkapnya. Di Jatim sendiri terdapat 8 kasus. Sayangnya, dia tidak mempunyai data persis berapa jumlah nilai kerugian yang diderita perbankan. "Yang jelas, 42 kasus itu yang besar-besar. Transaksinya di atas Rp 10 juta. Kalau kasus-kasus kecil jarang diungkap," sebutnya. Terakhir, Polri berhasil mengungkap sindikat pemalsu kartu kredit terbesar di ASEAN.

Jenis fraud kartu kredit, jelasnya, terbanyak pada pemalsuan data aplikasi ketimbang pemalsuan kartu kredit dengan menembak data-data asli. Pihaknya mengaku terus concern memerangi fraud ini. "Kami mengimbau agar issuer lebih berhati-hati sebelum mengakuisisi. Nasabah juga harus lebih hati-hati memegang kartunya agar tidak sembarangan diberikan pada orang lain," terangnya. (liz/oki)

Saham BTPN Kecewakan Para Pencari Gain

12 Maret 2008
detikfinance

Jakarta - Pelaku pasar yang ingin mengambil keuntungan saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) di hari pertamanya harus gigit jari. Pencatatan perdana BTPN di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengecewakan para pencari gain.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (12/3/2008) saham berkode BTPN ini turun Rp 75 menjadi Rp 2.775.

Pergerakan saham BTPN di hari pertamanya ini memang sangat fluktuatif. Saham BTPN sempat mencatat harga tertinggi Rp 3.050 dan terendah Rp 2.725.

Total transaksi saham BTPN hari ini mencapai Rp 77,412 miliar dengan frekuensi saham 1.127 kali dan volume 53.912 saham.

BTPN adalah emiten ke-6 di BEI 2008 dan tercatat di papan utama. BTPN gagal memanfaatkan momentum rebound pasar saham, setelah dua hari berturut-turut sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok sangat dalam.

Saham BTPN seluruhnya yang dicatatkan di BEI berjumlah 934.496.828 termasuk saham hasil IPO 267.960.220. Harga saham BTPN ditetapkan sebesar Rp 2.850 per saham.

Seluruh dana IPO ini akan diserahkan kepada pemerintah Indonesia karena 28,39% saham yang dilepas merupakan milik PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Dana yang diperoleh melalui IPO ini sebesar Rp 763,7 miliar. CIMB-GK securities Indonesia dan BNI Securities telah ditunjuk sebagai lead underwriter untuk penawaran saham BTPN.

Komposisi mayoritas saham yang dilepas ke publik dikuasai asing. Dari sekitar 267,96 juta lembar saham yang dilepas ke publik, porsi asing sebanyak 75%, sisanya investor lokal.

BI Belum Lihat Dampak Suprime Mortgage ke Perbankan RI

12 Maret 2008

detikfinance

Jakarta - Bank Indonesia (BI) melihat dampak krisis suprime mortgage secara kapital belum mempengaruhi terhadap perbankan nasional karena sinyal-sinyal perbankan nasional masih cukup bagus.

"Secara capital, Bank Indonesia tidak melihat bahwa dampak suprime mortgage menyebabkan bank-bank di Indonesia menjadi buruk kondisinya. Sampai sekarang NPL 4,8%, CAR 19,3%, pertumbuhan kredit 24%, NIM masih tinggi ia menilainya masih oke dari sisi capital masih oke, tapi dari sisi trade channel itu berbahaya," kata deputi gubernur senior BI Miranda Goeltom di Gedung BPPT, Selasa (11/3/2008).

Justru menurut Miranda dampak pada perdagangan atau trade channel yang perlu diperhatikan. Sehingga apabila terjadi pengurangan permintaan ekspor dari AS akan berdampak pada pertumbuhan ekspor dan berlanjut pada tenagakerja, yang berujung pada pertumbuhan ekonomi.

Sekarang ini kata Miranda, tanda-tanda itu mulai nyata karena AS telah menurunkan pertumbuhannya dari 2,2 % menjadi 1,5% bahkan sampai 1,3%.

"Apakah dampaknya terhadap Indonesia, apabila AS mengurangi permintaannya terhadap China maka Indonesia akan kena. karena permintaan China terhadap barang input dari Indonesia turun," ujarnya.

Ia mencontohkan misalnya AS mengurangi permintaan elektronik ke Malaysia maka akan berdampak penurunan ekspor sparepart elektronik dari Indonesia ke Malaysia.

"Pertumbuhan ekspor elektronik Malaysia diperkirakan akan turun dari 27% menjadi 14% pada tahun ini," katanya.

Namun ia mengatakan apabila AS mengalami kejatuhan ekonomi maka dari kacamata perdagangan langsung mungkin tidak akan terpengaruh.

"Kalau direct trade kita tidak melihat akan berdampak langsung bagi Indonesia, tapi kalau indirect trade hampir pasti kita akan kena," kata Miranda beralasan.

Menurutnya secara teoritis segala macam yang terjadi dalam perkembangan di dunia ini mempunyai dampak bagi Indonesia.

Terutama terkait kenaikan harga komoditi dunia, yang sekarang ini terus naik, akan terasa bagi negara-negara miskin.

"Hampir 95% pendapatan masyarakat Indonesia dipakai buat makanan dengan US$ 1.930 per kapita. Dampaknya akan berbeda dengan kenaikan komoditi pangan di negara seperti AS yang 15% dari pendapatannya dipakai untuk makanan," katanya.

Bank Lippo Operasikan Unit Syariah LB Salam

5 Desember 2007
detikfinance

Jakarta - PT Bank Lippo Tbk membuka unit usaha syariah (UUS) yang pertama bernama LB Salam dan resmi dioperasikan per 5 Desember 2007.

Acara peresmian dilakukan di kantor cabang syariah Menara Sudirman, Jalan Sudirman, Jakarta, Rabu (5/12/2007).

Pembukaan LB Salam ini merupakan realisasi dari keputusan pemegang saham dalam RUPSLB pada 9 Mei 2007.

"Pembukaan LB Salam ini bertujuan agar Bank Lippo bisa jadi salah satu pemain utama, pada bisnis syariah di Indonesia mengingat prospek yang sangat besar," kata Presdir Bank Lippo, Hendrik G Mulder.

Menurutnya, LB salam akan memanfaatkan jaringan Bank Lippo yang sudah ada. Setelah pembukaan kantor cabang syariah ini akan diikuti pembukaan layanan syariah di cabang dan cabang pembantu Bank Lippo.

Selanjutnya pada Januari 2008 akan dibuka kantor cabang syariah yang baru secara bertahap di Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan beberapa kota lain.

Produk perbankan dari LB Salam ini antara lain kredit rumah, giro, kredit mobil, naik haji, modal usaha, kredit usaha, investasi, dan program tabungan anak

Bank Lippo akan Buka 130 Office Channelling Syariah

5 Desember 2007
detikfinance

Jakarta - Bank Lippo menargetkan membuka 130 office channelling di lima kantor cabang
syariahnya (KCS) pada 2008.

"Totalnya tahun depan kita punya lima KCS di Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Semarang," kata Group Head Unit Usaha Syariah Lippo Bank Dradjat Tjahyono disela-sela peresmian LB Salam di Menara Sudirman, Jakarta, Rabu (5/12/2007).

Rinciannya, sampai akhir Desember ini 3 OC dibuka di Jakarta yaitu di Tanggerang, Gatot Subroto dan Jl Sudirman. Pada 2008 rencananya membuka 60 OC lagi di Jakarta.

Rencananya pembiayaan LB Salam bisa mencapai Rp 20 miliar dan dana pihak ketiga sebesar Rp 10 miliar.

Sementara untuk tahun depan, dengan asumsi berhasil membuka 5 KCS, aset syariah LB bisa mencapai sekitar Rp 300 miliar dan pembiayaan sebesar Rp 200-250 miliar yang 30% untuk pembiayaan consumer, sisanya komersial.

"Itu kalau rencananya lancar," jelasnya.

LB Salam juga sedang dalam penjajakan dengan beberapa multifinance untuk
bekerjasama. "Kalau bisa masuk dua, sudah bagus," katanya.

Mengenai target BI soal aset syariah 5% dari aset bank nasional, Dradjat mengaku pesimis bisa mencapai itu di akhir 2008. "Kita akan usaha, tapi 1% saja sepertinya belum," lanjutnya.

Modal awal LB Salam tahun ini adalah seebsar Rp 5 miliar dan akan bertambah sesuai perkembangan bisnis. Dimana investasi untuk IT mengambil porsi cukup besar, sekitar US$ 600 ribu

Bank Lippo Targetkan KPR-KPA Hingga Rp 4,6 T di 2008

15 Februari 2008
detikfinance

Jakarta - Bank Lippo menargetkan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) antara Rp 4,1-4,6 triliun pada tahun 2008.

Hal tersebut disampaikan Head of Consumer Banking Lippo, Suhaimin Johan, disela-sela penandatanganan kerjasama kredit di kantor pemasaran Kemang Village, Jl P Antasari, Jakarta, Jumat (15/2/2008).

"Untuk KPR-KPA, di 2007 sebesar Rp 2,6 triliun. Tahun ini kita menargetkan tumbuh Rp 1,5-2 triliun, atau total KPR-KPA kita di 2008 akan menjadi Rp 4,1-4,6 triliun," ulas Suhaimin.

Dalam portofolio kredit Bank Lippo, KPR mengambil porsi 55% dari porsi kredit konsumsi. "Fokus KPR kita di 2008 tetap 85% di residensial dan sisanya KPA," ujar Suhaimin.

Bank Lippo bekerjasama untuk memberikan kredit murah bagi kepemilikan apartemen kelompok usahanya. Tingkat suku bunga untuk KPA Kemang Village hanya 5,99%.

"Kita berikan paket spesial dalam kerjasama ini, yaitu bunga 5,99% hingga Maret mendatang. Tingkat suku bunga KPA Bank Lippo biasanya sebesar 9,6%," ujar Suhaimin.

Melalui kerjasama ini, Bank Lippo menargetkan mampu melakukan pembiayaan KPA sebesar Rp 100 miliar hingga Maret 2008.

"Kerjasama ini salah satu strategi untuk menumbuhkan portofolio kredit kita di 2008," ujar Suhaimin.

Pada tahun 2007, total pembiayaan kredit Bank Lippo sebesar Rp 18 triliun, tumbuh 55% dari tahun 2006 yang sebesar Rp 12 triliun. Komposisi penyaluran kredit Bank Lippo adalah di sektor UKM sebesar 40%, kredit konsumsi 26% dan sisanya kredit korporasi.

Kemang Village Targetkan Pre-Sales Rp 1 Triliun di 2008

Pre-Sales atau penjualan proyek Kemang Village milik PT Lippo Karawaci Tbk ditargetkan mampu mencapai Rp 1 triliun di 2008.

"Untuk 3 tower yang akan kita launch tahun ini, target pre-sales kita sebesar Rp 1 triliun," ujar Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Jopy Rusli.

Kemang Village merupakan proyek properti PT Lippo Karawaci Tbk yang terdiri dari 7 tower apartemen. Kapasitas totalnya sekitar 1.800 unit. Proyek ini dikembangkan dalam 2 tahap, yaitu tahap pertama 3 tower, dan tahap dua 4 tower.

"Dari 3 tower tahap satu yang sudah kita launch di 2007, pre-salesnya mendekati Rp 1 triliun," ujar Jopy.

Untuk tahap dua, rencananya tower pertama akan diluncurkan di akhir Februari 2008.

"Tower dua dan tiga di akhir kuartal II dan III. Tower terakhir akan di-launch tahun 2009," ujar Jopy.

Nilai investasi proyek Kemang Village diperkirakan sebesar US$ 880 juta, atau setara dengan Rp 8,1 triliun. Melalui pre-sales di 2007 senilai Rp 1 triliun dan target pre-sales di 2008 sebesar Rp 1 triliun, hingga akhir 2008, Lippo Karawaci akan memperoleh kontribusi pre-sales sebesar Rp 2 triliun.

Laba Bersih Bank Lippo Naik 46%

26 Februari 2008
detikfinance

Jakarta - PT Bank Lippo Tbk mencatat kenaikan laba bersih sebesar 46 persen menjadi Rp 738 miliar pada tahun 2007 dibanding tahun 2006 sebesar Rp 507 miliar.

Peningkatan laba disebabkan dari peningkatan pendapatan. Total pendapatan operasional tumbuh sebesar 15 persen dari Rp 2,330 triliun pada 2006 menjadi Rp 2,683 triliun pada 2007. Pendapatan ini dipicu oleh pertumbuhan kredit yang dan pendapatan operasional lainnya.

Pendapatan bunga bersih meningkat 13 persen menjadi Rp 1,863 triliun di tahun ini yang disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang pesat dan perbaikan aktiva produktif.

Pendapatan operasional lainnya melonjak 20 persen menjadi Rp 820 miliar pada 2007 karena adanya realisasi keuntungan atas penjualan efek yang diperdagangkan.

Peningkatan total pendapatan operasional digabungkan dengan usaha-usaha perbaikan efisiensi biaya yang berkesinambungan telah berdampak pada peningkatan pendapatan operasional bersih sebesar 26 persen (dari Rp 938 miliar pada 2006 menjadi Rp 1,181 triliun pada 2007).

Untuk kredit, pertumbuhan kredit Bank Lippo tumbuh sebesar 51 persen menjadi Rp 18,132 triliun tahun 2007.

Portofolio kredit Bank Lippo terdiri dari 43 persen kredit komersial/SME, 32 persen kredit korporasi dan sisanya 25 kredit konsumer.

"Portofolio kredit tumbuh luar biasa dalam semua segmen, sedangkan komposisi portofolio kredit kami mencerminkan berlanjutnya penekanan pada penyaluran kredit kepada segmen UKM dan konsumer," ujar Presiden Direktur dan CEO, Henk Mulder dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Selasa (26/2/2008).

Gottfried Tampubolon, Direktur Treasury, menambahkan ini adalah tahun ketiga secara berturut-turut dimana kredit tumbuh lebih dari 50 persen.

"Hal ini dengan jelas membuktikan bahwa Bank Lippo adalah institusi perbankan yang memberikan kontribusi positif dalam mendukung perekonomian Indonesia," ujarnya.

Aset Bank Lippo secara konsolidasi pada akhir tahun buku 2007 mencapai Rp 38,962 triliun, meningkat 17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Bank Lippo Gandeng 8 Mitra Strategis

12 Maret 2008
detikfinance

Jakarta - PT Bank Lippo Tbk menggandeng 8 mitra strategis untuk program pembiayaan dan mendukung pertumbuhan usaha mitra strategisnya.

Ke-8 mitra strategis Bank Lippo ini adalah PT Sophie Martin, PT Optik Tunggal, PT Inbisco Niagatama (Grup Mayora), PT Total Bangun Persada, PT Bumi Serpong Damai, PT United Tractors, BPR Modern Express, dan BPR Langgeng Sewu Artha.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) dilakukan di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (12/3/2008).

Dengan penandatanganan MoU ini, Bank Lippo akan melakukan program pembiayaan yang dikemas sesuai dengan kebutuhan masing-masing mitra strategis demi mendukung pertumbuhan usahanya.

"Bank Lippo berharap dapat menjadi mitra dalam melayani para nasabahnya dari industri hulu hingga hilir. Semoga kerja sama ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh jaringan usaha yang terkait dengan para mitra strategis kami maupun bagi masyarakat luas," kata Direktur Bank Lippo, Tjindrasa Ng dalam siaran persnya.

Kerjasama ini juga merupakan terobosan dalam mempercepat pertumbuhan portofolio kredit UKM Bank Lippo. Melalui program pembiayaan ini, Bank Lippo terus berperan aktif dalam memaksimalkan tanggung jawab intermediasinya untuk mendukung perekonomian Indonesia dan membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan perkembangan sektor riil.

Belanja Kartu Kredit Mandiri Ditargetkan Tumbuh 70%

6 Februari 2008
detikfinance

Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan belanja kartu kredit sebesar 70% di 2008. Salah satunya didorong oleh kerjasama penerbitan kartu kredit co-branding dengan Hypermart, anak usaha PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).

"Kerjasama dengan Hypermart akan mengkontribusikan 1/3 dari target pertumbuhan penjualan kartu kredit Mandiri. Tahun ini target kita tumbuh 70%," ujar Managing Director Consumer Finance BMRI, Omar S Anwar, usai penandatangan MoU dengan MPPA di Plaza Mandiri, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (6/2/2008).

Pada tahun 2007, jumlah pengguna kartu kredit BMRI sebanyak 1,1 juta orang, dengan total volume penjualannya sebesar Rp 5,05 triliun.

"Untuk 2008, target pertumbuhan jumlah pengguna kartu kredit kita sebanyak 330 ribu, dengan pertumbuhan volume penjualan sebesar 70%, sehingga menjadi Rp 8,5 triliun," tutur Omar.

Melalui kerjasama penerbitan kartu kredit co-branding dengan Hypermart, BMRI menargetkan pertumbuhan jumlah kartu kredit sebesar 100 ribu kartu.

"Target kartu kredit co-branding kita dengan Hypermart sebanyak 100 ribu kartu untuk tahun pertama. Itu setara dengan 1/3 target pertumbuhan jumlah kartu kredit kita tahun ini," ulas Omar.

Omar menjelaskan, tingkat pembelanjaan kartu kredit BMRI paling besar adalah di supermarket, kemudian departemen store.

"Sekitar 35% di supermarket, dan 15% di departemen store. Sementara pengguna kartu Matahari ada 4,5 juta orang. Jadi ini kerjasama yang saling menguntungkan," ujar Omar.

Kontribusi kerjasama ini diharapkan mampu mencapai minimal Rp 600 miliar. "Jika minimal pengguna kartu belanja di Hypermart sebesar Rp 500 ribu/bulan dikalikan dengan 12 bulan, dikalikan dengan 100 ribu target pengguna kartu, maka minimal volume belanjanya bisa mencapai Rp 600 miliar," ujar Omar

Kredit Bank Mandiri 2007 Capai Rp 138 Triliun

15 Februari 2008
detikfinance

Jakarta - Sepanjang tahun 2007, PT Bank Mandiri Tbk telah menggelontorkan kredit Rp 138,3 triliun atau naik 17,5% netto, dari sebelumnya hingga triwulan IV/2006 sebesar Rp 117,7 triliun.

Kenaikan kredit hingga triwulan IV-2007 itu jika tidak memperhitungkan adanya hapus buku yang pertumbuhan gross mencapai 21,8% atau Rp 25,7 triliun

"Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mandiri dapat terus mendorong pertumbuhan bisnisnya secara berkesinambungan. Pertumbuhan pesat ini juga dipicu oleh semakin tingginya keyakinan nasabah atas kemampuan Bank Mandiri untuk menjadi transactional bank yang handal dengan biaya transaksi yang makin rendah," jelas Kartika Wirjoatmodjo, Senior Vice President Bank Mandiri dalam siaran pers, Jumat (15/2/2008).

Sedangkan dana murah yang dihimpun tahun 2007 mencapai Rp 152,4 triliun yang terdiri dari giro dan tabungan atau naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 109,1 triliun.

Pertumbuhan dana murah tersebut berasal dari pertumbuhan tabungan dari triwulan IV/2006 sebesar Rp 60,3 triliun menjadi Rp 85,4 triliun di Triwulan IV/2007 atau tumbuh sebesar Rp 25,1 triliun (41,7%).

Giro juga mengalami pertumbuhan dari Rp 48,8 triliun di Triwulan IV/2006 menjadi Rp 66,9 trilun di Triwulan IV/2007, atau tumbuh sebesar Rp 18,1 triliun (37,2%).

Pertumbuhan dana murah dan kredit tersebut telah mendorong pertumbuhan total aset yang mencapai Rp 320,7 triliun pada triwulan IV/2007, mengalami pertumbuhan sekitar 19,9% dari sebelumnya pada triwulan IV/2006 sebesar Rp 267,5 triliun.
(ir/qom)

Mandiri Raih Laba Rp 4,3 Triliun

12 Maret 2008
detikfinance

Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat kenaikan laba bersih tahun 2007 hingga 79,51% menjadi Rp 4,35 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 2,42 triliun.Pertumbuhan kredit unit bisnis mencapai Rp 24,52 triliun di seluruh segmen usaha dengan diikuti oleh adanya penambahan lebih dari 40.000 debitur baru. Peningkatan laba Bank Mandiri dipicu oleh pertumbuhan kredit dan perbaikan kualitas aktiva produktif, khususnya kredit, yang pada akhirnya mendorong peningkatan pendapatan bunga. Selain itu, peningkatan laba juga didorong oleh cost of funds yang menurun secara signifikan dari 6,4% pada tahun sebelumnya menjadi 4,6%. Karena perbaikan funding mix serta adanya peningkatan fee-based income yang signifikan dari sebesar Rp 2,73 triliun menjadi Rp 3,37 triliun.

Demikian penjelasan Dirut Bank Mandiri Agus Martowardoyo dalam jumpa pers di gedung Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (12/3/2008). Pertumbuhan kredit unit bisnis di tahun 2007 mencapai Rp 24,52 triliun (sebelum memperhitungkan penurunan kredit di Unit pengelola NPL) dengan pertumbuhan kredit nominal di masing-masing unit bisnis sebagai berikut Corporate Banking sebesar Rp 8,72 triliun, Commercial Banking sebesar Rp 7,10 triliun, Micro & Retail Banking sebesar Rp 3,64 triliun, Treasury & International Banking sebesar Rp 1,91 triliun dan Consumer Finance sebesar Rp 3,15 triliun.

Total dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dihimpun mengalami peningkatan Rp 43,25 triliun atau tumbuh 39,6% dari periode sebelumnya sebesar Rp 109,12 triliun menjadi Rp 152,37 trilun di akhir 2007. Pertumbuhan tersebut terutama berasal dari tabungan yang tumbuh sebesar Rp 25,06 triliun (41,5%) dari Rp 60,30 triliun di akhir tahun 2006 menjadi Rp85,36 triliun di tahun 2007. Giro juga mengalami peningkatan tajam sebesar Rp 18,20 triliun dari Rp 48,81 triliun menjadi Rp 67,01 triliun, atau tumbuh sebesar 37,3%.

"Pertumbuhan dana murah tersebut selain menunjukkan semakin tingginya keyakinan nasabah atas kemampuan Bank Mandiri sebagai transactional bank yang handal, juga menunjukkan citra korporasi Bank Mandiri yang semakin melekat dalam ingatan masyarakat," lanjut Agus. NPL Bank Mandiri pada akhir tahun 2007 berada pada angka 7,17% gross dan 1,51% netto, dengan rasio pencadangan terhadap NPL sebesar 108,97%. Selain pertumbuhan secara organik, Bank Mandiri juga akan tumbuh secara non-organik melalui merger dan akuisisi yang akan melengkapi tiga pilar anak perusahaan sebelumnya (Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas, dan AXA Mandiri Financial Services).

Bank Mandiri akan melaksanakan akuisisi atas Bank Sinar Harapan Bali untuk memperkuat basis UKM, sebuah bank yang fokus pada segmen UMKM dan beroperasi dengan pemahaman pasar lokal yang sangat baik di wilayah Bali.

Laba bersih Mandiri tertinggi diraih pada tahun 2004 sebesar Rp 5,255 triliun.

BCA Raup Laba Rp 4,5 Triliun

DetikFinance

Rabu, 12/03/2008

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat laba bersih sebesar Rp 4,489 triliun pada tahun 2007. Laba ini berarti tumbuh 5,8 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 4,243 triliun. Hal tersebut disampaikan Dirut BCA DE Setijoso dalam jumpa pers di Wisma BCA, Jalan Sudirman, Jakarta, Rabu (12/3/2008). Untuk pertumbuhan kredit BCA, masih didominasi oleh kredit komersial dan UKM. Secara keseluruhan kredit tumbuh 34,1 persen tahun 2007 menjadi Rp 82,4 triliun didorong oleh kredit konsumer yang mengalami pertumbuhan sebesar 67,6 persen atau menjadi Rp 14,2 triliun.

Kredit konsumer terutama didorong oleh KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) masing-masing sebesar 79,1 persen dan 76,3 persen atau menjadi Rp 7,8 triliun untuk KPR dan Rp 4,3 triliun untuk KKB. Kredit konsumer lain, yakni kartu kredit tumbuh 24,1 persen menjadi Rp 2 triliun, sedangkan kredit korporasi tumbuh 36,9 persen menjadi Rp 32,8 triliun. Kredit komersial dan UKM tumbuh 22 persen menjadi Rp 35,6 triliun.
Kredit komersial dan UKM memegang pangsa kredit sebesar 43,1 persen dari total portofolio kredit BCA, disusul kredit korporasi 39,7 persen dan kredit konsumer 17,2 persen. Sementara rasio perbankan lain yakni rasio kredit bermasalah atau NPL sebesar 0,8 persen, DPK tumbuh 23,9 persen menjadi Rp 189,2 triliun terdiri dari tabungan meningkat 32,4 persen menjadi 94,7 triliun, dan giro 28,3 persen menjadi Rp 43,9 triliun. Sedangan LDR tercatat sebesar 69,2 persen, ROA 3,3 persen dan ROE 26,7 persen. Untuk transaksi melalui ATM tumbuh 18,6 persen yaitu sebesar Rp 662,5 triliun, sementara nilai transaksi melalui internet banking 88,7 persen menjadi Rp 611,1 triliun.

BCA Siapkan Rp 200 Miliar untuk Akuisisi 2 Bank Syariah

detikfinance
Rabu, 12/03/2008 20:23 WIB

Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyiapkan dana Rp 200 miliar untuk mengakuisisi 2 bank syariah pada triwulan II-2008. Rencana tersebut untuk memuluskan langkah BCA membuka unit syariah. "Dana yang kita siapkan sebesar Rp 200 miliar untuk akuisisi 2 bank syariah. Proses akuisisi rencananya akan dilakukan pada triwulan II-2008," ungkap Wakil Direktur Utama BCA, Jahja S, usai jumpa pers di Wisma BCA, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (12/3/2008). Rencana BCA melakukan akuisisi beberapa bank sudah berlangsung sejak tahun 2007 lalu. Namun saat itu, BCA belum memiliki rencana untuk membuka unit syariah. "Realisasi rencana akuisisi tersebut di tahun 2008 ini, adalah mengakuisisi 2 bank syariah untuk membuka unit syariah BCA," ujar Jahja.

Bank Permata dan ACC Sinergi Bisnis

12 Maret 2008
Kompas

Bank Permata dan Astra Credit Companies (ACC) melakukan perjanjian kerja sama pengembangan layanan host to host pembayaran angsuran ACC secara langsung dan seketika (on line real time). Penandatanganan dilakukan Direktur Wholesale Banking Bank Permata Ongki W Dana dan Chief Operation Officer ACC Hendra Sugiharto kemarin di Jakarta. Melalui layanan host to host ini, ACC, salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di Indonesia, memudahkan pelanggannya, sekitar 200.000 orang, melakukan transaksi pembayaran angsuran menggunakan beragam kanal transaksi elektronik Bank Permata. Selain menggunakan Permata e-banking, pelanggan ACC juga dapat bertransaksi secara online di 256 cabang konvensional dan 7 cabang Syariah Bank Permata yang tersebar di Indonesia. (FAJ)

Bank Danamon Syariah Serahkan 1.700 Induk Ayam

12 Maret 2008
Kompas

Bank Danamon Syariah memberikan bantuan berupa 1.700 indukan ayam kampung kepada Kelompok Peternak Rakyat Ayam Kampung Sukabumi. Bantuan itu merupakan yang pertama kali diberikan oleh sektor swasta bagi restrukturisasi perunggasan sektor empat. Secara simbolis, bantuan tersebut diserahkan oleh Head Bussiness Bank Danamon Syariah Dodong Cahyono, Selasa (11/3), kepada Ketua Kelompok Peternak Rakyat Ayam Kampung Sukabumi Ade M Zulkarnain di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Menurut Dodong, bantuan senilai Rp 72 juta itu merupakan bantuan tahap pertama. Ratusan peternak rakyat ayam kampung Sukabumi gulung tikar setelah harga DOC terus naik hingga mencapai Rp 4.500 per ekor dari Rp 3.700 per ekor dan harga pakan terus merambat naik dari semula Rp 3.200 per kilogram menjadi Rp 4.200 per kg. (aha)

Tuesday, March 11, 2008

Bank Danamon terus ekspansi syariah

13 Februari 2008
Bisnis.com

JAKARTA : PT Bank Danamon Indonesia Tbk resmikan cabang syariah Danamon baru di Jl. Merdeka, Bandung, dan tujuh lokasi layanan office channeling Syariah di wilayah Jabar.


Layanan office channeling ini akan memberikan pilihan dan kemudahan para nasabah untuk mengakses dan memenuhi kebutuhan layanan perbankan syariah melalui cabang-cabang konvensional Danamon.

Hendarin, Direktur Danamon Syariah, mengatakan adanya minat dan kebutuhan masyarakat yang besar akan produk dan layanan perbankan syariah di Jawa Barat.

"Bandung sebagai pintu gerbang provinsi ini dan juga kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi serta populasi penduduk yang cukup besar, merupakan strategis bagi Danamon Syariah untuk melayani besarnya potensi yang ada," ujarnya dalam pernyataannya hari ini.

Kantor cabang Danamon Syariah yang baru berlokasi di area strategis di pusat kegiatan perdagangan dan perekonomian Bandung di Jl. Merdeka No. 40, lokasi yang sama dengan Bank Danamon Kantor Wilayah 2 Jawa Barat.

Sementara itu tujuh lokasi cabang office channeling syariah berada di titik-titik pusat perdagangan dan pertokoan di Buah Batu, Setiabudi, Ahmad Yani, Merdeka, Juanda, Kopo Sayati, dan Kopo 26.

Monday, March 10, 2008

Mandiri alokasikan Rp1 triliun untuk revitalisasi pabrik gula

28 Februari 2008

Bisnis Indonesia

JAKARTA: Bank Mandiri alokasikan kredit untuk revitalisasi perkebunan gula pada PTPN X, PTPN VII, dan PTPN II senilai Rp1 triliun tahun ini di antaranya yang sudah ditandatangani senilai Rp240 miliar untuk empat pabrik gula di Jawa Timur. Senior Vice President Plantation Specialist Bank Mandiri Sunarso mengatakan selain perjanjian kredit investasi senilai Rp240 miliar, juga ditandatangani kredit modal kerja Rp200 miliar. Sebelumnya, lanjutnya, juga telah dikucurkan kredit senilai Rp100 miliar untuk petani tebu. "Pembiayaan ini merupakan langkah awal dari rangkaian pembiayaan Bank Mandiri untuk mengembangkan industri gula melalui program revitalisasi pabrik. Dalam tahun ini alokasi dana untuk proyek ini senilai Rp1 triliun," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Dia menambahkan sampai dengan Desember 2007, Bank Mandiri telah mengucurkan kredit untuk sektor perkebunan tebu sebesar Rp638 miliar dan kredit bagi petani sebesar Rp38,5 miliar. Tingkat non performing loans (NPL) kredit untuk perkebunan tebu ini masih berkisar di bawah 2%. Sementara itu, untuk kredit sektor perkebunan dan industri turunannya sudah mencapai Rp31,9 triliun. Selain PTPN X, tambahnya, Bank Mandiri juga menyiapkan dana untuk PTPN VII dan PTPN II. Sunarso menjelaskan kredit sebesar Rp300 miliar untuk PTPN VII bagi peningkatan kapasitas pabrik gula (PG) Cinta Manis di Sumatra Selatan. "Kredit untuk PTPN VII tinggal tanda tangan perjanjian. Sementara itu, untuk PTPN II senilai Rp200 miliar guna revitalisasi pabrik gula di Sumatra Utara. Ini merupakan bentuk dukungan kami bagi program swasembada gula pemerintah pada 2009." Empat pabrik gula PTPN X yang akan direvitalisasi yaitu PG Gempolkrep yang akan ditingkatkan produksinya dari 6.500 menjadi 8.000 ton cane per day (TCD), PG Watutulis dari 2.250 menjadi 3.000 TCD, PG Ngadirejo dari 5.300 menjadi 7.000 TCD, dan PG Pesantren Baru dari 5.000 menjadi 7.000 TCD. "Kami yakin dengan prospek industri gula tebu, dilihat dari kelonggaran pembiayaan yang masih besar dan didukung keyakinan bahwa pemerintah tetap memberikan komitmen yang sangat kuat kepada industri ini dengan tetap menjaga tata niaga gula dalam negeri." tambah Sunarso.

Tingkatkan produksi

Direktur Utama PTPN X Adi Prasongko mengungkapkan kebutuhan dana untuk revitalisasi perusahaan mencapai Rp617,45 miliar. Porsi kredit Bank Mandiri yang mencapai 39% dari total kebutuhan ini sangat membantu upaya meningkatkan produksi gula sebesar 34.000 ton per hari pada 2008 dengan masa giling selama 150 hari dalam setahun. "Sesuai dengan yang telah kami rencanakan sejak 2006, pada 2009 kami targetkan produksi gula PTPN X meningkat menjadi 46.000 ton per hari dengan masa giling 160 hari," katanya. Mesin yang dibutuhkan untuk peningkatan kapasitas produksi, lanjut Adi, diambilkan dari mesin buatan Jepang atau Jerman. Sebagian lainnya akan dipasok dari produksi dalam negeri yaitu dari PT Boma Bisma Indonesia dan PT Barata Indonesia. Menurut dia, setelah menerima kredit investasi ini, pihaknya sedang mengupayakan sindikasi kredit sejumlah bank untuk membiayai program revitalisasi tersebut. (k14)

BTN biayai konstruksi 15 menara

10 Maret 2008
Bisnis Indonesia


JAKARTA: Bank Tabungan Negara (BTN) telah mengucurkan kredit konstruksi proyek rumah susun sederhana milik (rusunami) senilai Rp332 miliar untuk 15 menara di empat lokasi di Jakarta dan menyiapkan kredit pemilikan apartemen (KPA) rusun tahap awal senilai Rp500 miliar. Manajemen bank BUMN bidang pembiayaan perumahan itu memperkirakan permintaan kredit konstruksi rusun akan makin membanjir menjelang akhir tahun ini. Hal ini dikarenakan mulai bergeraknya proyek itu di lapangan. Rinna Mona Lindyana, Kepala Divisi Hukum dan Hubungan Perusahaan BTN, mengatakan pembiayaan rusun sudah mulai jalan dengan pengembang rusun. Dia berpendapat nilainya akan terus membesar. "Kalau kredit konstruksi kami sudah mendukung untuk 15 menara sementara untuk kredit konsumennya sudah dalam proses verifikasi untuk 4.000 permohonan pembelian unit rusun dari konsumen," ungkapnya di Jakarta, pekan lalu. (Bisnis/irs)

Murabahah dominasi pembiayaan syariahB

10 Maret 2008
Bisnis Indonesia

JAKARTA: Skema penyaluran perbankan syariah didominasi oleh piutang murabahah sepanjang tahun lalu menyusul tingginya minat masyarakat. Presdir Karim Consulting Adiwarman Karim mengatakan pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan kredit konvensional pada bank umum. Selain itu, masyarakat memilih produk itu karena memberikan kenyamanan saat bertransaksi. "Perbankan syariah masih pada tahap awal, sehingga masyarakat masih mencari produk yang hampir mirip dengan konvensional. Piutang murabahah juga dibayar setiap bulan melalui cicilan," ujarnya saat dihubungi Bisnis di Jakarta, pekan lalu. Murabahah merupakan pembiayaan bank syariah melalui sistem jual beli untuk barang atau jasa dengan kesepakatan keuntungan dan jangka waktu tertentu. Mekanisme ini bisa digunakan untuk kebutuhan modal kerja atau kepemilikan sebuah barang dengan cara dicicil.

Data Bank Indonesia menyebutkan murabahah sepanjang tahun lalu mendominasi pembiayaan perbankan syariah yaitu mencapai Rp16,55 triliun atau 59,24% dari total pembiayaan 2007 Rp27,94 triliun. Selanjutnya adalah pembiayaan mudharabah (bagi hasil) yaitu sebesar Rp5,6 triliun atau 19,96% serta pembiayaan musyarakah (penyertaan) yaitu Rp4,40 triliun atau 15,77%. Produk pembiayaan yang relatif kecil adalah piutang istishna yaitu pembiayaan yang biasanya digunakan untuk kebutuhan konstruksi dan barang manufaktur. BI mencatat sepanjang tahun lalu hanya mencapai Rp350 miliar atau sekitar 1,26%. Sementara itu, untuk produk piutang salam, perbankan syariah tidak melakukan pembiayaan sama sekali. Menurut Adiwarman, produk itu biasanya dilakukan untuk pembiayaan di sektor pertanian. "Secara umum, bank konvensional juga masih relatif kecil di sektor pertanian. Di perbankan syariah masih belum ada yang membiayai hasil pertanian, atau tanaman yang belum siap dipanen," tandasnya.

Perlu edukasi

Adiwarman menuturkan kondisi di Indonesia jauh berbeda dengan Malaysia terkait dengan aktivitas perbankan syariah. Menurut dia, hampir 100% transaksi pembiayaan syariah menggunakan piutang murabahah. Hal tersebut, lanjutnya, dilakukan untuk menggenjot aset perbankan syariah di negeri tersebut. Untuk Indonesia, ungkapnya, industri masih memberikan edukasi lebih dulu kepada masyarakat dalam produk-produk bank syariah. Sebelumnya, BI menyatakan akan memberikan insentif kepada bank syariah guna mendorong percepatan proses akselerasi mencapai pertumbuhan aset 5% dari total aset perbankan pada tahun ini. Deputi Gubernur BI Muliaman D. Hadad mengatakan insentif tersebut akan dipersiapkan otoritas moneter. "Apa dan bagaimana bentuk insentifnya, masih dikaji." Dia menjelaskan pemberian insentif itu sejalan dengan dukungan bank sentral terhadap pengembangan perbankan syariah di Tanah Air. Selain soal insentif, dia juga menyinggung mengenai produk perbankan syariah yang masih minim sehingga tidak sejalan dengan tingginya permintaan pangsa perbankan syariah yang pesat. (anugerah.perkasa@bisnis.co.id)