Rabu, 27 Februari 2008
Republika
Sebagai pemilik Fullerton, Temasek belum memberikan laporan resmi kepada BI
JAKARTA -- Keputusan Fullerton Financial Holdings melepas kepemilikan saham mereka di Bank Internasional Indonesia (BII) tak termungkiri mempengaruhi skenario konsolidasi perbankan nasional. Namun demikian, Bank Indonesia (BI) membantah batalnya merger BII dengan Bank Danamon itu menjadi pertanda gagalnya konsolidasi perbankan.
Selain BII dengan Danamon, rencana merger juga disampaikan oleh Khazanah Bhd, yang memiliki saham pengendali di Bank Niaga dan Bank Lippo. ''Khazanah hingga kini masih terus berjalan dengan rencana," kata Halim.
Bersama Dirjen Pajak saat ini BI tengah membicarakan rencana insentif pajak untuk merger. Rencananya, pajak merger akan diturunkan dari 30 persen menjadi 10 persen. Selain itu, ujar Halim, nilai pajak juga dimungkinkan akan dihitung dari nilai buku, tidak sebagaimana sebelumnya yang dihitung dari revaluasi aset.
Namun Halim sendiri menyatakan belum yakin kapan keputusan Menteri Keuangan mengenai insentif pajak merger itu bisa diselesaikan. ''BI akan segera bertemu dengan Dirjen Pajak. Kita tunggu saja pengumuman resmi Dirjen Pajak,'' kata dia. Saat didesak apakah hal itu bisa selesai pada semester I ini, Halim hanya menjawab,''Mudah-mudahan.''
Fullerton merupakan anak perusahaan Temasek Holdings, BUMN Singapura yang memiliki BII melalui 75 persen saham di konsorsium Sorak Financial Holdings bersama Kookmin Bank. Kookmin sendiri mengantungi 25 persen saham di konsorsium tu. Sorak tercatat menguasai 56,85 persen saham BII.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengatakan, dalam suatu konsorsium biasanya ada hak prerogratif bagi pemegang saham yang lain. Karena itu Sigit yakin, Temasek akan memberi kesempatan pertama kepada Kookmin untuk membeli saham Fullerton di konsorsium Sorak.''Kalau Kookmin membelinya, berarti tidak ada perubahan berarti. Pemiliknya masih sama saja,'' kata mantan diretur utama BNI itu.
Menurut Sigit, masuk akal bila Temasek hanya mengambil salah satu bank untuk konsentrasi bisnis. Ia sendiri menilai langkah Temasek itu murni alasan komersial. ''Dulu kita menduga, mudah saja menggabungkan Danamon dan BII. Ternyata komposisi pemiliknya memang berbeda," kata Sigit.
Mengenai perlu tidaknya BII dikembalikan kepada investor lokal, Sigit menegaskan Perbanas tidak mempunyai referensi atau apriori terhadap siapa pun investor bank. "Yang penting, pemiliknya punya komitmen kuat untuk mengembangkan industri perbankan nasional," kata dia.
Sementara itu, Direktur BII, Sukatmo Padmo Sukarso, mengaku tidak khawatir bila Fullerton melepas kepemilikan saham di BII. ''Kita akan tetap fokus pada misi kita selama ini. Kita juga tetap menjalankan fungsi intermediasi dan memberi standar pelayanan kredit yang lebih tinggi," kata Sukatmo. Ia yakin, tahun ini BII akan berjalan lebih baik karena dukungan situasi ekonomi dan berani enargetkan naik sebesar 20 persen.
No comments:
Post a Comment