12 Maret 2008
Republika
Jakarta-RoL -- Pola akses pembiayaan sektor pertanian saat ini yang mengharuskan petani mengajukan permohonan kredit ke bank dinilai tidak akan mampu menjangkau kalangan petani mendapatkan permodalan.
"Semestinya perbankan yang aktif mendatangi petani untuk menawarkan kredit modal usaha sehingga petani bisa dengan mudah mengaksesnya," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Departemen Pertanian, Djoko Said Damardjati di Jakarta, Rabu (12/3).
Dengan pola pembiayaan yang berlaku saat ini, tambah Djoko Said, tidak heran di kalangan petani akhirnya menggantungkan pinjaman kredit usaha pada rentenir meskipun menerapkan bunga tinggi.
Rentenir lebih aktif dan gencar menawarkan modal usaha ke petani meskipun dengan bunga tinggi tapi tetap diminati karena mudah diakses dan tidak memerlukan persyaratan yang berbelit-belit.
"Pola seperti ini seharusnya yang dicontoh perbankan. Di Malaysia petani justru yang didatangi perbankan untuk menawarkan kredit," katanya.
Menurut Djoko, jika pola pembiayaan masih seperti saat ini maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani sulit dilakukan karena pendapatan yang mereka peroleh setiap kali panen habis untuk membayar pinjaman modal pada rentenir.
Hal senada dinyatakan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Departemen Pertanian, Kaman Nainggolan bahwa kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menurunkan tingkat kemiskinan harus mengupayakan akses permodalan masuk ke pedesaan.
Ketika musim tanam, tambahnya, petani banyak memerlukan modal usaha baik untuk pengadaan benih, pupuk maupun obat-obatan dan hal itu sulit mereka dapatkan dari perbankan sebaliknya justru dengan mudah melalui rentenir.
"Oleh karena itu akses permodalan agar masuk ke pedesaan," kata Sekjen Dewan Ketahanan Pangan itu. antara
Republika
Jakarta-RoL -- Pola akses pembiayaan sektor pertanian saat ini yang mengharuskan petani mengajukan permohonan kredit ke bank dinilai tidak akan mampu menjangkau kalangan petani mendapatkan permodalan.
"Semestinya perbankan yang aktif mendatangi petani untuk menawarkan kredit modal usaha sehingga petani bisa dengan mudah mengaksesnya," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Departemen Pertanian, Djoko Said Damardjati di Jakarta, Rabu (12/3).
Dengan pola pembiayaan yang berlaku saat ini, tambah Djoko Said, tidak heran di kalangan petani akhirnya menggantungkan pinjaman kredit usaha pada rentenir meskipun menerapkan bunga tinggi.
Rentenir lebih aktif dan gencar menawarkan modal usaha ke petani meskipun dengan bunga tinggi tapi tetap diminati karena mudah diakses dan tidak memerlukan persyaratan yang berbelit-belit.
"Pola seperti ini seharusnya yang dicontoh perbankan. Di Malaysia petani justru yang didatangi perbankan untuk menawarkan kredit," katanya.
Menurut Djoko, jika pola pembiayaan masih seperti saat ini maka upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani sulit dilakukan karena pendapatan yang mereka peroleh setiap kali panen habis untuk membayar pinjaman modal pada rentenir.
Hal senada dinyatakan Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Departemen Pertanian, Kaman Nainggolan bahwa kunci untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menurunkan tingkat kemiskinan harus mengupayakan akses permodalan masuk ke pedesaan.
Ketika musim tanam, tambahnya, petani banyak memerlukan modal usaha baik untuk pengadaan benih, pupuk maupun obat-obatan dan hal itu sulit mereka dapatkan dari perbankan sebaliknya justru dengan mudah melalui rentenir.
"Oleh karena itu akses permodalan agar masuk ke pedesaan," kata Sekjen Dewan Ketahanan Pangan itu. antara
No comments:
Post a Comment